Raya membanting pintu mobil, kemudian ia segera menunduk dan menelungkupkan wajahnya di kakinya. Dadanya sesak karena terhimpit kakinya.
"Bodoh! Sekarang lo jadi kelihatan aneh di mata dia!! Dasar cewek bodoh!" Raya mengumpat pada dirinya sendiri. Ia menarik kakinya ke pelukannya. Tatapannya mengarah ke Kenny yang masih memunggunginya dari atas mobil. Raya menggigit bibir bawahnya.
Untuk beberapa lama mereka berdua diam di posisinya masing-masing, memikirkan apa yang sedang terjadi dan mengapa semuanya menjadi aneh seperti ini.
Tanpa terasa waktu berlalu, langit berubah menjadi gelap namun juga terang karena keberadaan bintang-bintang. Ya, tempat itu memang pantas dosebut Bukit Bintang karena seolah-olah bintang-bintang berkumpul menjadi satu di atas langit tempat itu ketika malam tiba.
Mendadak seseorang mengetuk kaca jendela, membuat Raya terlonjak kaget dan tersadar dari lamunannya. Ia menengok dan melihat Kenny sudah berdiri di sebelah pintu mobilnya. Wajahnya tersenyum lemah, sangat tampan.
Raya membuka pintu perlahan. Kenny memegang tangan Raya untuk membantunya keluar dari mobil walaupun Raya tidak tampak kesuwahan sama sekali. Wajah Raya masih tampak lesu.
Kenny mempersilahkannya untuk maju duluan.
Yang dapat mereka lihat saat itu hanyalah bintang dan lampu yang menerangi seperti bintik-bintik putih di atas kertas hitam. Raya tidak dapat menahan senyumannya. Rasanya sudah begitu lama ia tidak merasakan ketenangan yang sedang dirasakannya saat itu. Raya menengok ke belakang, ingin membagi yang dirasakannya pada Kenny seperti yang selalu dilakukannya. Dan ternyata Kenny tidak sedang menatap ke langit, ia menatap ke arah Raya dan wajahnya masih tersenyum. Senyuman karena melihat Raya, bukan karena bintang-bintang yang begitu indah.
"I'm not good at this," Kenny mulai berbicara dengan kikuk sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Kenny menunduk dan menggerak-gerakan kakinya grogi. "Satu jam yang lalu, gue masih nggak tau apa yang gue mau. Dan lo membuat gue berpikir mengenai apa yang akan gue lakukan dengan kehidupan gue ke depan nanti."
Raya dan Kenny diam. Suasana begitu sepi.
"Tolong tanya apa," kata Kenny terlihat panik.
Raya tertawa. "Apa?"
Kenny tersenyum. "Be your friend. Be your really gooddfriend. Jadi seseorang yang bisa selalu lo pegang."
Senyum Raya perlahan menghilang. Ini tidak seperti yang ia harapkan. Namun, ia masih berusaha tersenyum dengan terpaksa.
"Dan mungkin," Kenny mengangkat jari telunjuknya, "more than just friend for you." Senyuman Kenny semakin melebar kini.
"Ya," Raya kembali tersenyum lebar, "itu yang mau gue dengar." Raya berjalan mendekatinya kemudian memeluknya erat.
Kenny balas memeluk. Ia dapat mencium wangi tubuh Raya yang selalu disukainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar